PT. Local Governance (LOGOV) Celebes merupakan lembaga riset privat yang berbasis di Makassar. Berisi sejumlah dosen dan peneliti dari berbagai bidang seperti ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, sosial ekonomi pertanian, hukum, kelautan dan perikanan, administrasi publik, dan sosial politik, yang telah bekerja sekian lama sebagai sebuah tim. Lembaga ini melayani sejumlah kegiatan akademis seperti riset, konsultan, pelatihan, publikasi, dan sejumlah layanan terkait lainnya.
Sebagai tindak lanjut kerjasama bidang penelitian yang telah disepakati sebelumnya antara pihak Badan Penelitian dan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Sidenreng Rappang dan Logov Celebes, kali ini Logov Celebes dipercayakan untuk melaksanakan kajian mengenai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidenreng Rappang. Kajian ini merupakan lanjutan dari kajian sebelumnya dengan lebih memfokuskan pada analisis pertumbuhan ekonomi dan mengidentifikasi penyebab penurunan pertumbuhan Kabupaten Sidenreng Rappang serta menemukan potensi sumber pertumbuhan baru bagi Kabupaten Sidenreng Rappang. Lebih dari itu, kajian ini juga ditujukan untuk memberikan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang dalam menentukan kebijakan terkait peningkatan perekonomian Kabupaten Sidenreng Rappang.
Kajian ini berlangsung selama kurun waktu Agustus-September 2020. Selama proses penyusunan dan pelaporan, Bappelitbangda Kabupaten Sidenreng Rappang dibantu oleh tim peneliti Logov Celebes antara lain Salman Samir, S.E., M.Sc, Muhammad Afif Sallatu, S.E., M.Sc, Andi Risfan Rizaldi, S.E., M.M, Muh. Maula Razak, S.E., M.M dan Serpian, S.ST., M.AB.
Kajian ini berhasil mengidentifkasi penyebab penurunan pertumbuhan Kabupaten Sidenreng Rappang. Ada dua sektor yang menjadi penyumbang terbesar dalam penurunan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan. Untuk sektor pertanian, salah satu yang menjadi penyebabnya adalah penurunan drastis produksi tanaman pangan selama tiga tahun terakhir (2017-2019). Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh penurunan luas lahan sawah terutama irigasi dan penurunan produkivitas hasil pertanian padi. Untuk sektor industri pengolahan, walaupun menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap perekonomian Kabupaten Sidenreng Rappang namun, pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Salah satu pemicunya adalah penurunan kinerja industri makanan dan minuman yang indikasi bisa dilihat dari penurunan jumlah unit usaha berskala besar dan sedang (IBS).
Selain itu, kajian ini menemukan dua sektor yang berpotensi menjadi sumber pertumbuhan baru Kabupaten Sidenreng Rappang antara lain sektor pariwisata dan informasi komunikasi. Untuk sektor pariwisata bisa diidentifikasi dari perbaikan kinerja pertumbuhan sektor akomodasi dan makan minum. Pertumbuhan dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan bahkan sangat jauh jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian yang justru mengalami kontraksi. Selain itu, jumlah wisatawan serta Tingkat Penghunian Kamar (TPK) juga relatif lebih baik jika dibandingkan dengan Tana toraja dan Sulawesi Selatan. Untuk sektor informasi dan komunikasi, pertumbuhannya juga relatif meningkat dalam lima tahun terakhir bahkan tumbuhnya jauh lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian, konstruksi dan industri pengolahan. Selain itu, jika melihat data mikro, jumlah penduduk yang menggunakan HP tingkat penetrasi internet juga mengalami penigkatan.
Hasil dari kajian ini menghasilkan beberapa poin rekomendasi antara lain: Perlu upaya dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian terutama padi karena ketersediaan lahan kedepan semakin terbatas, Perlu upaya pemerintah varietas-varietas padi yang tahan kekeringan atau genangan air dengan pola tanam tertentu, Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang perlu mengkaji secara spesifik potensi sektor pariwisata dan merumuskan strategi yang tepat dalam mengembangkan sektor pariwisata Sidenreng Rappang. Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang perlu berfokus dalam meningkatkan angka penetrasi internet serta pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengakses dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti aplikasi digital. Hal ini khususnya terhadap masyarakat yang berpendidikan rendah.
Logov Celebes kembali melakukan kajian pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020. Kali ini, Logov Celebes bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Sidenreng Rappang. Tema kajian yang diselenggarakan adalah “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2020”. Tujuan utama kajian ini adalah untuk memotret kondisi ekonomi Kabuptaen Sidenreng Rappang dalam lima tahun terakhir (2015-2019) serta menjelaskan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi Kabupaten Sidenreng Rappang. Secara khusus, kajian ini memotret empat tema antara lain: kondisi pertumbuhan ekonomi, Kondisi ketenagakerjaan, Tingkat inflasi, dan Indeks Gini Kabupaten Sidenreng Rappang.
Kajian ini berlangsung selama kurun waktu Juli-Agustus 2020. Selama proses penyusunan dan pelaporan, Bappelitbangda Kabupaten Sidenreng Rappang dibantu oleh tim peneliti Logov Celebes antara lain Salman Samir, S.E., M.Sc, Muhammad Afif Sallatu, S.E., M.Sc, Andi Risfan Rizaldi, S.E., M.M, Muh. Maula Razak, S.E., M.M dan Serpian, S.ST., M.AB.
Kajian ini berhasil memotret beberapa kondisi terkait pertumbuhan ekonomi secara umum Kabupaten Sidenreng Rappang, antara lain: Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sidenreng Rappang dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan khususnya di tahun 2018 dan 2019 dan jika dibandingkan dengan Kab/Kota di Sulawesi Selatan, pertumbuhan Kabupaten Sidenreng Rappang berada di empat terbawah dari 24 Kab/Kota. Sementara untuk kontribusi PDRB terhadap perekonomian Sulsel, Kabupaten Sidenreng Rappang hanya berada di posisi 11 dari 24 Kab/Kota. Selain itu, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB masih menjadi yang terbesar walaupun dari sisi pertumbuhan, sektor pertanian terkontraksi dalam dua tahun terakhir (2018-2019).
Kondisi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan pada tahun 2019 mengalami penurunan dan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan Sulsel dan Indonesia. Sementara jika dibandingkan dengan 24 Kab/Kota, Kabupaten Sidenreng Rappang berada di posisi terakhir.
Kondisi iniflasi Kabupaten Sidenreng Rappang dalam dua tahun terakhir juga mengalami kenaikan, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Sulsel namun lebih rendah dari Nasional. Komponen yang paling tinggi tingkat inflasinya adalah Pendidikan, rekreasi, dan olahraga sementara yang terendah adalah transportasi, komunikasim dan jasa keuangan. Sementara untuk ketimpangan, Indeks gini Kabupaten Sidenreng Rappang mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir (2018-2019) dan menempati urutan terkahir diantara 24 Kab/Kota di Sulsel.
Tim peneliti LOGOV Celebes mempresentasikan empat topik proposal kajian sesuai permintaan Kepala Bappelitbangda Kabupaten Sidenreng Rappang sebelumnya. Di akhir, dilakukan penandatanganan kontrak kerja yang diwakili oleh Direktur LOGOV Celebes Moh. Afif Sallatu untuk serangkaian kerjasama, baik itu kajian, penelitian, dan penetapan sebagai tim ahli ekonomi dalam mendukung kinerja Bappelitbangda Kabupaten Sidenreng Rappang ke depan.
Semoga kerjasama dan kolaborasi ini akan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembangunan dan pelayanan pemerintah daerah Kabupaten Sidenreng Rappang.
Pemerintah dalam dokumen RPJMN 2020-2024 menentukan lima prioritas pembangunan nasional untuk lima tahun kedepan yaitu, fokus pada perbaikan kualitas dan mental sumberdaya manusia, memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun dan melanjutkan pembangunan untuk proyek yang sudah berjalan, birokrasi yang melayani dengan tidak rumit, cepat, dan akurat, regulasi yang tidak mempersulit, dan transformasi ekonomi. Lima isu tersebut akan menjadi prioritas agenda pembangunan nasional jangka menengah.
Lima agenda prirotas tersebut merupakan hasil dari diagnosis Kementerian PPN/Bappenas tentang kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data indikator makroekonomi menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Indonesia tumbuh relatif stagnan pada level 5%, padahal jika dibandingkan dengan Era Orba, Indonesia mampu mencatat peningkatan nilai tambah rerata 7-9% pertahun. Kondisi ini memunculkan dua argumentasi, pertama, apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah sampai pada kondisi golden rule, sebuah kondisi yang digambarkan oleh Robert Solow sebagai periode stagnasi pertumbuhan akibat pemanfaatan sumberdaya yang telah sampai pada titik optimum. Atau, kedua, stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini bukan disebabkan oleh optimalisasi pemanfaatan sumberdaya, tapi lebih cenderung mengarah pada adanya sumbatan yang memicu kemampuan sektor riil menghasilkan nilai tambah menjadi terganggu. Hasil analisis awal pemerintah cenderung pada narasi kedua yaitu menyimpukan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia harusnya masih bisa tumbuh diatas 5%.
Hambatan tersebut perlu diidentifikasi lebih detail untuk menemukenali kendala mengikat (most binding constrain) yang menjadi trigger pelambatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah, melalui Kementerian PPN/Bappenas menggunakan pendekatan yang populer dikenal dengan Growth Diagnostics sebagai instrumen mengidentifkasi faktor paling menghamat laju pertumbuhan. Pendekatan Growth Diagnostics ini pertama kali diperkenalkan oleh tiga pakar ekonomi yaitu Ricardo Hausmann, Dani Rodrik, dan AndrÈs Velasco melalui artikel mereka berjudul “Growth Diagnostics”. Melalui tulisannya, ketiganya memperkenalkan pendekatan baru untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi sebuah negara secara lebih detail hingga mengerucut pada beberapa isu yang dianggap sebagai hambatan utama pertumbuhan.
Pendekatan ini dinilai sangat komprehensif karena bukan hanya multisektor (melibatkan banyak stakeholders), tapi juga membutuhkan beragam perangkat analisis untuk sampai pada hambatan utama. Perangkat analisis yang beragam tersebut dipakai untuk mengidentifikasi apakah sebuah isu memenuhi empat kriteria untuk disebut sebagai most binding constrain, yaitu shadow price (ongkos dari masalah tersebut sangat besar), signifikansi dari penyelesaian masalah (apakah berdampak luas atau tidak), sudah ada pelaku/stakeholder yang berusaha mencari “jalan pintas” mengatasi masalah tersebut, dan pelaku ekonomi yang terlibat dalam masalah tersebut akan sulit berkembang.
Hasil diagnosis Kementerian PPN/Bappenas dengan mengunakan kerangka Growth Diagnostics menemukan dua the most binding constrain yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu pertama, regulasi yang tumpang-tindih dan relatif tertutup, dan kedua adalah rendahnya kualitas institusi, terutama pada praktik koordinasi kebijakan. Selain dua isu tersebut, hasil diagnosis juga menemukan tiga masalah yang menjadi binding constrain, yaitu masih rendahnya ketersediaan tenaga kerja terampil, infrastruktur yang belum sepenuhnya mampu membangun konektivitas, serta rendahnya penerimaan perpajakan dan belanja negara. Temuan diagnosis ini menjadi dasar pemerintah menentukan lima agenda prioritas pembangunan jangka menengah 2020-2024, terutama pada aspek regulasi, birokrasi, dan infrastruktur.
Melihat relevansi pendekatan Growth Diagnostics dipakai untuk mengidentifikasi kendala utama penghambat pertumbuhan, maka pendekatan ini perlu diperluas penggunaanya ke daerah, hingga level kabupaten/kota. Pendekatan ini sangat penting bagi daerah, terutama dalam mengisi bab kerangka ekonomi makro daerah, baik pada dokumen perencanaan lima tahunan maupunan tahunan. Namun, karena pendekatan ini tidak hanya mengharuskan pelibatan banyak pihak, tapi juga juga mensyaratkan ketersediaan data yang berkualitas. Saat ini, hampir semua daerah di Indonesia (terutama pada level kabupaten/kota), masih bermasalah dengan ketersediaan data. Andaikan pun datanya tersedia, seringkali kualitasnya masih dipertanyakan, terkhusus data yang diproduksi oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Itu sebabnya beberapa strategi dan agenda prioritas dalam dokumen perencanaan daerah seringkali tidak berkaitan dengan masalah utama, karena disusun ditengah keterbatasan dan rendahnya kualitas data.
Growth Diagnostic merupakan suatu alat untuk mengidentifikasi permasalahan utama (binding constraints) yang kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi membuat pendekatan Growth Diagnostic bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menentukan prioritas kebijakan yang menjadi acuan penyusunan RPJMN 2020-2024. Untuk lebih memahami pendekatan Growth Diagnostic ini, silahkan hadir dalam Seri Diskusi Daring Ekonomi yang diselenggarakan oleh LOGOV Celebes dengan Topik "Analisis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pendekatan Growth Diagnostic". selengkapnya:
Topik: Analisis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pendekatan Growth Diagnostic
Pemateri: Moch. Firman Hidayat, M.A. (Plt. Kepaa Subdirektorat Perencanaan Makro, Kedepution Ekonomi, Kementerian PPN/BAPPENAS)
Moderator: Syahril, M.Si
Waktu: Selasa 23 Juni, 2020, pukul 10:00 Wita
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/3619375316?pwd=ZFRQeXdreEVDeEYyb05BZGhHaS84dz09
Meeting ID: 361 937 5316
Password: logovceleb
JL. ANCE DG. NGOYO NO. 8/D
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN
INDONESIA
90231
+62-411-4679343
+62 821 5233 9045
+62 852 4120 4400
Surel: office@logovcelebes.id
logovcelebes@gmail.com
FOLLOW
PT. Local Governance (LOGOV) Celebes merupakan lembaga riset privat yang berbasis di Makassar. Berisi sejumlah dosen dan peneliti dari berbagai bidang seperti ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, sosial ekonomi pertanian, hukum, kelautan dan perikanan, administrasi publik, dan sosial politik, yang telah bekerja sekian lama sebagai sebuah tim. Lembaga ini melayani sejumlah kegiatan akademis seperti riset, konsultan, pelatihan, publikasi, dan sejumlah layanan terkait lainnya.