PT. Local Governance (LOGOV) Celebes merupakan lembaga riset privat yang berbasis di Makassar. Berisi sejumlah dosen dan peneliti dari berbagai bidang seperti ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, sosial ekonomi pertanian, hukum, kelautan dan perikanan, administrasi publik, dan sosial politik, yang telah bekerja sekian lama sebagai sebuah tim. Lembaga ini melayani sejumlah kegiatan akademis seperti riset, konsultan, pelatihan, publikasi, dan sejumlah layanan terkait lainnya.
LOGOV Celebes kembali menyelenggarakan pelatihan Stata pada Sabtu, 25 Januari 2020. Pelatihan ini fokus pada dasar-dasar penggunaan Stata untuk manajemen data dan analisis statistik sederhana. Bertempat di Kantor LOGOV Celebes, pelatihan ini diikuti oleh 15 peserta yang berasal dari berbagai instansi, seperti Universitas Negeri Makassar, Kementerian Keuangan, Universitas Khairun, dan lainnya.
Randi Kurniawan, selaku trainer dalam pelatihan ini, menyampaikan materi, yaitu pengenalan stata, manajemen data, uji korelasi dan uji perbedaan, dan regresi. Materi pelatihan ini ditujukan kepada peserta yang baru pertama kali menggunakan Stata. Diharapkan setelah mengikut pelatihan, peserta dapat mengaplikasikan software ini untuk kegiatan penelitian.
Selanjutnya, LOGOV Celebes akan menyelenggarakan pelatihan dengan materi aplikasi Stata untuk pengolahan data mikro, yaitu the Indonesia Family Life Survey (IFLS), yang diagendakan pada akhir Februari 2020 (RK).
Kami membuka kesempatan kepada mahasiswa, peneliti, akademisi, dan praktisi untuk mengikuti pelatihan pengolahan data the Indonesia Family Life Survey (IFLS) dengan menggunakan Software Stata. Data IFLS merupakan data survei rumah tangga dan komunitas yang multi-topik, longitudinal, dan berskala besar sehingga sangat tepat digunakan untuk penelitian ekonomi, kesehatan, dan sosial.
Hari/Tanggal Pelaksanaan: Sabtu, 29 Februari 2020.
Tempat: Kantor LOGOV Celebes (Lt.2) - Jalan ANce Dg. Ngoyo No. 8/D, Makassar.
Fasilitator: Randi Kurniawan S.E., M.Sc. (Peneliti LOGOV Celebes).
Materi:
- Pengenalan data IFLS dan Struktur Data IFLS
- Generate Variabel IFLS
- Merging Variabel antar Individu, Rumah Tangga, dan Komunitas
- Penyiapan Dataset
Fasilitas:
- Modul dan Do-File Pelatihan
- Makan siang
- Snack
- Sertifikat
Persyaratan:
- Mengisi formulir pendaftaran online dengan melakukan klik di sini
- Melakukan pembayaran pelatihan sebesar Rp250.000,- pada rekening Bank Mandiri 1370015854959 a.n. Yuli Permatasari.
- Melampirkan bukti pembayaran pada formulir pendaftaran.
- Batas akhir pendaftaran dan pembayaran: 26 Februari 2020.
- Peserta terbatas 15 orang.
CP: 0895-6303-27146 (Maula Razak)
LOGOV Celebes mengadakan pelatihan analisis statistik menggunakan alat analisis SPSS. Pelatihan diadakan di kantor LOGOV Celebes pada hari sabtu dan minggu (26-27 Oktober 2019). Syahril, peneliti Logov yang telah menerbitkan beberapa artikel ilmiah di jurnal berakreditasi nasional, bertindak sebagai narasumber dalam pelatihan kali ini. Peserta pelatihan memiliki latar belakang yang cukup beragam, mulai dari mahasiwa dan dosen hingga karyawan swasta salah satu perusahaan terkemuka di Makassar. Selain itu, peserta juga berangkat dari latar belakang bidang studi yang cukup beragam pula.
Pelatihan ini berangkat dari kebutuhan untuk meningkatkan kualitas penelitian dengan penguasaan alat-alat analisis statistik. Sehingga pada akhirnya, penelitian-penelitian yang berkualitas dapat digunakan sebagai salah
satu landasan dalam mendukung pengambilan kebijakan berbasis bukti oleh pemerintah. Selain itu, pelatihan ini juga didorong untuk membentuk jejaring peneliti, sehingga tercipta komunitas yang nantinya dapat berkolaborasi dalam program-program riset.
LOGOV Celebes akan terus mengupayakan peningkatan kualitas hasil riset dengan program-program pelatihan alat analisis statistik. Program-program ini secara reguler akan dijalankan sekali dalam setiap bulan.
LOGOV Celebes kembali menyelenggarakan Pelatihan Analisis Data Menggunakan Software Stata pada Rabu, 19 Juni 2019. Kali ini, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Alauddin Makassar (FEBI UINAM) didaulat sebagai mitra kerjasama. Pelatihan diikuti oleh dosen dan mahasiswa FEBI UINAM, serta beberapa peserta yang berasal dari institusi pendidikan dan pelatihan di Makassar.
Sebelum pelatihan berlangsung, Andi Risfan Rizaldi selaku perwakilan dari LOGOV Celebes dan Prof. Dr. H. Muslimin, M.Ag selaku Wakil Dekan I FEBI UINAM menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara pelatihan. Dalam sambutannya, Wakil dari LOGOV Celebes menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini dan sekaligus berharap agar kerjasama dapat dilanjutkan untuk kegiatan selanjutnya. Sementara itu, Wakil Dekan I menyambut baik kerjasama dengan LOGOV Celebes dan berharap peserta yang mengikuti pelatihan ini bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kegiatan pelatihan.
Acara lalu dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh trainer, meliputi, pengenalan software Stata, manajemen data, serta cara melakukan analisis deskriptif dan inferensi di Stata. Karena materi pelatihan ini hanya bersifat pengantar, beberapa peserta berharap agar dilaksanakan kegiatan lanjutan untuk memperdalam pemahaman Stata. [RK]
Diskusi Kebudayaan
Tema: Eksistensi Warisan Budaya Sulawesi Selatan
Narasasumber: Alwy Rachman dan Iwan Sumantri
Moderator: Darsam Belana
Waktu: 16 April 2019, Pukul 13.00-16.30
Tempat: Kantor BaKTI, Jalan H.A. Mappanyukki No. 32, Makassar
Narahubung: Fian - 085299376315
Belum lama ini, National University of Singapore, LKY School of Public Policy, Asia Competitiveness Institute (ACI), mempublikasikan Analisis Daya Saing Provinsi-Provinsi di Indonesia, termasuk secara khusus menerbitkan hasil kajian dan rekomendasi untuk Prov Sulsel. Kajian seperti ini sudah dilakukan setiap tahun untuk kurun waktu 2015-2018, dimaksudkan untuk mendukung perumusan strategi pembangunan yang tepat. Disamping untuk memberikan gambaran bagi mitra strategis Indonesia. Juga, dimaksudkan dapat menyehatkan persaiangan antar provinsi di Indonesia;
Kajian ini memperlihatkan peringkat daya saing setiap provinsi, dan setiap tahun ACI menyelenggarakan konferensi tahunan pada setiap Nopember di Singapore. Kegiatan tahunan ini dirangkaikan dengan Rapat Koordinasi APINDO, yang selalu bermitra dengan ACI. Kegiatan tahunan ini juga melibatkan Perguruan Tinggi dan Pemerintah Provinsi membahas hasil-hasil kajian ACI tentang berbagai substansi pembangunan level provinsi;
Metodologi yang digunakan dalam Kajaian Daya Saing yang digunakan oleh ACI mencakup 4(empat) lingkup besar dengan bobot yang sama yaitu masing-masing 25 persen. Yaitu meliputi : (1) Stabilitas Ekonomi Makro, (2) Pemerintahan dan Institusi Publik, (3) Kondisi Finansial, Bisnis, dan Tenaga Kerja, dan (4) Kualitas Hidup daan Pembangunan Infrastruktur. Keempat lingkup besar ini kemudia dijabarkan masing-masing ke dalam 3(tiga) sub-lingkup, yang keseluruhannya mencakup 105 indikator. Keempat lingkup besar di atas dipandang mempengaruhi kemampuan setiap provinsi untuk mencapai pembangunan ekonomi yang tinggi dan inklusif dalam kurun waktu yang cukup panjang;
Selama kurun waktu 2015-2018, kinerja saya saing Sulsel secara umum belum dapat dikatakan menggembirakan. Untuk keempat lingkup besar di atas, pada tahun 2018, Sulsel memang masuk dalam kelompok 10 besar provinsi dalam mencatat skor daya saing tinggi di Indonesia tertinggi di KTI. Tetapi nampak jelas bahwa kondisi daya saing Sulsel berfluktuasi sepanjang kurun waktu 2015-2018. Daya saing tertinggi yang pernah dicapai adalah peringkat ke 6 pada tahun 2016, lalu dengan kecenderungan menurun, ke peringkat 8 pada tahun 2017. Dan penting dicatat bahwa pada tahun 2018, skor yang dicapai Sulsel dengan peringkat ke 10 tersebut (0.249) sangat berbeda jauh dengan skor DKI yang menduduki peringkat ke 1 (tertinggi, 3.172). Peringkat terendah (ke 34) adalah Papua dengan skor (minus) –1.473 dan peringkat ke 33 adalah Sulbar dengan skor (minus) –1.213;
Kajian ACI ini, untuk Sulsel menjadi semakin bila dicermati lebih jauh pada masing-masing keempat lingkup besar tersebut di atas. Ternyata Sulsel, di KTI, hanya terbaik untuk Stabilitas Ekonomi makro, dengan skor (minus) –0.056. Itupun untuk kurun waktu 2015-2018, peringkatnya cenderung terus menurun. Pada tahun 2018, menempati peringkat ke 11, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya ke 8 (2015), ke 9 (2016) dan ke 8 (2017);
Untuk lingkup Pemerintahan dan Institusi Publik, di KTI, pada tahun 2018, tercatat Gorontalo yang tertinggi dengan peringkat ke 4, dengan skor 1.627, Sultra pada peringkat ke 7, dengan skor 0.771, serta Sulteng pada peringkat ke 10, dengan skor 0,587, sedangkan Sulsel berada pada peringkat ke 11, dengan skor 0.551. Hal ini cukup memprihatinkan karena pada tahun 2016 menduduki peringkat ke 2 dan pada tahun 2017 menduduki peringkat ke 3. Nampaknya kondisi tahun 2018 ini perlu mendapatkan perhatian yang serius, mengingat penurunan peringkat Sulsel terlalu dalam;
Untuk Kondisi Finansial, Bisnis dan tenaga kerja, di KTI, pada tahun 2018, skor tertinggi dicapai oleh Papua Barat, yaitu peringkat ke 12, meski dengan skor (minus) –0.011, sedangkan Sulsel menempati peringkat 14 dengan skor (minus) -0.041. Lagi-lagi patut dicatat bahwa pada tahun 2016, Sulsel menduduki peringkat ke 8 dan turun menjadi peringkat ke 13 pada tahun 2017;
Untuk Kualitas Hidup dan Pembangunan Infrastruktur, di KTI pada tahun 2018, peringkat tertinggi dicapai oleh Sulut, yaitu pada peringkat ke 8 dengan skor 0.788, menunjukkan perbaikan peringkat secara konsisten dibandingkan dengan kurun waktu sebelumnya. Sedangkan Sulsel, berada pada peringkat ke 13 dengan skor 0.401, turun terus dari peringkat ke 9 pada tahun 2017 an peringkat ke 7 pada tahun 2016;
Secara umum, kajian untuk Sulsel menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2015-2018 terjadi penurunan dalam semua lingkup besar yang dikaji : Stabilitas Ekonomi Makro dari 8 ke 11, Pemerintahan dan Institusi Publik dari 3 ke 11, Kondisi Finansial, Bisnis dan Tenaga Kerja dari 13 ke 14, dan Kualitas Hidup dan Pembangunan Inrastruktur dari 9 ke 13. Kekuatan Sulsel terletak pada Ketersediaan Layanan Dasar, sedangkan kelemahannya pada pembentukan PDRB dan sektor perdagangan. Karena itu rekomendasi kajian ini ada 2 (dua) : (1) Perbaikan tingkat ekonomi dari segi pendapatan dan perdagangan, dan (2) Pengembangan perekonomian yang lebih stabil dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan industri
Mengingat bahwa metode perhitungan skor per provinsi yang memperlihatkan daya saing relatif, maka nampaknya untuk keseluruhan empat lingkup besar yang dikaji, keberadaan 5(lima) provinsi yang ada di pulau Jawa (DKI, Jabar, Jateng, Jatim dan DIY) sangat besar pengaruhnya pada skor rerata nasional. Untuk itu, dua catatan penting patut dikemukakan : (1) kondisi daya saing provinsi secara terbuka dengan kehadiran ke lima provinsi di pulau Jawa di atas, menjadikan gambaran daya saing terlalu timpang. Gambarannya tentu akan berbeda bila ke lima provinsi tersebut tidak ikut diperhitungkan dalam rerata nasional, dan (2) walaupun, dengan dimasukkannya ke lima provinsi di pulau Jawa tersebut, disamping menunjukkan terdapatnya persaingan antar provinsi yang memang terbuka, juga bisa menjadi target sasaran bagi provinsi lainnya untuk memperbaiki skor dan peringkatnya
Melalui kajian ini, dimana posisi relatif setiap provinsi diperbandingkan satu dengan yang lainnya, sepatutnya menjadi pendorong dan motivasi untuk memperbaiki kondisi pada ke empat lingkup besar dan sub-lingkup yang memang mencakup hal-hal penting bagi pembangunan regional masing-masing provinsi. Dengan demikian, dari hasil kajian ini ada dua hal pokok yang patut dicermati, baik Sulsel maupun provinsi lain di KTI, yaitu : (1) untuk memperbaiki daya saing dari waktu ke waktu, sub-lingkup dan segenap indikator yang digunakan dalam kajian ini, terutama yang membutuhkan perbaikan kinerja, perlu dipahami permasalahan konkrit yang melingkupinya. Agar selanjutnya dapat dilakukan upaya-upaya sistematik dan terukur yang patut dilakukan secara melembaga dan terlembagakan, (2) untuk tujuan perbaikan yang dimaksud di atas, nampaknya sangat dibutuhkan adanya kebijakan berbasis evidence yang secara konsisten diimplementasikan dan secara berlanjut dievaluasi. Hal ini berkenaan dengan kebijakan yang valid serta lebih terarah dan lebih tepat sasaran
Memang disadari bahwa khususnya di KTI termasuk Sulsel terdapat sejumlah hambatan dan kendala yang harus dihadapi untuk meningkatkan daya saing provinsi. Hal ini tentunya merupakan suatu tantangan tersendiri dalam mencapai kinerja pembangunan secara umum. Untuk itu, dua catatan penting patut untuk dipertimbangkan dalam merubah tantangan sebagai peluang pembangunan, yaitu : (1) kemampuan untuk mengidentifikasi setiap permasalahan yang terkait langsung dengan pembentukan skor (sub-lingkup dan indikatornya), yang tentunya hanya dipahami oleh perangkat pemerintahan provinsi sendiri. Dengan demikian, pemecahan masalahnya bisa dilakukan ataupun ditangani secara efektif, (2) mencermati hal-hal yang selama ini sudah baik dalam pembentukan skor, untuk kemudian secara kreatif dan inovatif seyogyanya mampu ditingkatkan terus perbaikannya
Kedua hal di atas, bisa dilakukan secara serentak atau parallel, namun hal tersebut terpulang pada kondisi obyektif kelembagaan dan aparat yang terkait. Adalah provinsi yang bersangkutan sendiri yang paling tahu, yang mana yang lebih optimal bisa memberikan hasil. Namun bila kondisi kelembagaan dan aparat yang tersedia cukup terbatas kapasitas, maka sangat disarankan untuk mengoptimalkan hal-hal yang sudah baik selama ini dalam pembentukan skor, dan menjadikannya sebagai peluang yang paling memungkinkan. Pendekatan seperti ini, biasanya disebut sebagai pendekatan ‘Appreciative Inquiry’;
Makassar, Medio September 2018.-
A. M. Sallatu
PERINGATAN Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Kemerdekaan Indonesia mengambil tema ‘Indonesia Kerja Nyata’. Tema ini seyogianya mampu memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat untuk bekerja nyata mengisi kemerdekaan melalui pembangunan di segala aspek kehidupan.
Di masa awal kemerdekaan, kondisi ekonomi Indonesia masih diwarnai ketidakstabilan. Titik balik pembangunan ekonomi dimulai pada rezim orde baru dimana selama sekitar 30 tahun, kondisi ekonomi mengalami kemajuan signifikan. Pendapatan nasional perkapita tahun 1969 hanya USD 80, lalu meningkat menjadi USD 1.100 di tahun 1996 atau naik hampir 14 kali lipat. Namun capaian itu berakhir setelah krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1998. Pendapatan perkapita terjun ke level USD 660 atau turun sekitar 40% (Bank Dunia).
Ekonomi Saat Ini
Kini sudah 71 tahun Indonesia merdeka. Meskipun sempat dihantam krisis ekonomi pada akhir 1990-an, ekonomi Indonesia perlahan bangkit. Di masa reformasi, kemajuan ekonomi yang dicapai cukup signifikan, ditandai peningkatan pendapatan perkapita dari USD 560 di tahun 2000 menjadi USD 3.340 di tahun 2015 (Bank Dunia). Tidak hanya itu, beberapa indikator menunjukkan Indonesia patut diperhitungkan dalam percaturan ekonomi internasional.
Namun tantangan juga makin berat. Tantangan dari luar dicerminkan persaingan global yang semakin meningkat. Berbagai hambatan perdagangan dan mobilitas sumber daya ekonomi antarnegara makin dikurangi. Persaingan bebas menjadi peluang untuk memaksimalkan sumber daya dalam negeri untuk dipasarkan ke luar negeri. Tapi di lain sisi pasar domestik juga berpeluang dimanfaatkan negara lain untuk memasarkan hasil produksinya. Ironisnya, pasar Indonesia lebih banyak dimanfaatkan negara lain.
Tantangan lain berasal dari dalam. Potret kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan memang tampak ada perbaikan, tapi masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Data BPS menunjukkan penduduk di bawah garis kemiskinan pada Maret 2016 sebanyak 28,01 juta orang, berkurang 580 ribu orang dibanding jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 sebesar 28,59 juta orang. Serta berkurang sekitar 10,7 juta orang dibanding jumlah penduduk miskin pada tahun 2000 sebesar 38,74 juta orang. Sementara itu, angka pengangguran juga membaik. Pada Februari 2016, jumlah pengangguran sebanyak 7,02 juta orang, turun 430 ribu orang dibanding jumlah pengangguran Februari 2015 sebanyak 7,45 juta orang. Secara ideal, setiap 1% pertumbuhan ekonomi menciptakan 400 ribu kesempatan kerja baru. Maka dengan pertumbuhan ekonomi 4,8% di tahun 2015, penyerapan tenaga kerja idealnya sebanyak 1,92 juta orang. Sebagai informasi, tambahan angkatan kerja baru tahun 2015 sebanyak 630 ribu orang, sehingga total penyerapan tenaga kerja (tambahan angkatan kerja dan pengurangan jumlah penganggur) hanya sebesar 1,06 juta atau 55% dari ideal.
Rasio Gini
Sementara disparitas atau ketimpangan pendapatan cenderung berkurang yang ditandai dengan turunnya Rasio Gini dari 0,41 pada Maret 2015 menjadi 0,40 pada September 2015. Rasio Gini mengukur ketimpangan pendapatan dimana angka yang makin tinggi menunjukkan ketimpangan pendapatan yang makin tinggi, sebaliknya rasio gini yang makin rendah menunjukkan ketimpangan pendapatan makin rendah. Dalam beberapa tahun terakhir, data menunjukkan penurunan Rasio Gini baru terjadi di periode ini. Rasio Gini sudah bertengger di angka 0,41 sejak Maret 2012 hingga Maret 2015 (BPS).
Menurut Bank Dunia, disparitas pendapatan disebabkan 4 hal: adanya ketimpangan peluang sejak usia dini, pekerjaan tidak merata, tingginya konsentrasi kekayaan, dan ketahanan ekonomi rendah. Lebih lanjut Bank Dunia merekomendasikan 4 kebijakan untuk mengurangi disparitas tersebut. Yaitu: perbaikan layanan publik di daerah, penciptaan lapangan kerja yang lebih baik dan pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja, perlindungan pemerintah kepada masyarakat terhadap guncangan ekonomi, serta penggunaan pajak dan anggaran belanja pemerintah untuk mengurangi ketimpangan.
Mencermati berbagai tantangan di atas, momentum peringatan kemerdekaan ke-71 seyogianya memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat bekerja nyata. Agar dapat menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa dan memajukan kesejahteraan rakyat.
Randi Kurniawan
*artikel ini tertulis di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 20 Agustus 2016
JL. ANCE DG. NGOYO NO. 8/D
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN
INDONESIA
90231
+62-411-4679343
+62 821 5233 9045
+62 852 4120 4400
Surel: office@logovcelebes.id
logovcelebes@gmail.com
FOLLOW
PT. Local Governance (LOGOV) Celebes merupakan lembaga riset privat yang berbasis di Makassar. Berisi sejumlah dosen dan peneliti dari berbagai bidang seperti ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, sosial ekonomi pertanian, hukum, kelautan dan perikanan, administrasi publik, dan sosial politik, yang telah bekerja sekian lama sebagai sebuah tim. Lembaga ini melayani sejumlah kegiatan akademis seperti riset, konsultan, pelatihan, publikasi, dan sejumlah layanan terkait lainnya.