PT. Local Governance (LOGOV) Celebes merupakan lembaga riset privat yang berbasis di Makassar. Berisi sejumlah dosen dan peneliti dari berbagai bidang seperti ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, sosial ekonomi pertanian, hukum, kelautan dan perikanan, administrasi publik, dan sosial politik, yang telah bekerja sekian lama sebagai sebuah tim. Lembaga ini melayani sejumlah kegiatan akademis seperti riset, konsultan, pelatihan, publikasi, dan sejumlah layanan terkait lainnya.
Dalam Keputusan Presiden RI No. 81 Tahun 2001 tentang Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur disebutkan dalam pasal 2 dinyatakan bahwa pembangunan infrastruktur mencakup sarana dan prasarana perhubungan seperti jalan, jembatan, jalan kereta api, dermaga, pelabuhan laut, pelabuhan udara, penyeberangan sungai dan danau; prasarana dan sarana pengairan seperti bendungan, jaringan pengairan, bangunan pengendalian banjir, pengamanan pantai, dan bangunan pembangkit listrik tenaga air; prasarana dan sarana permukiman, industri dan perdagangan seperti bangunan gedung, kawasan industri dan perdagangan, kawasan perumahan skala besar, reklamasi lahan, jaringan dan instalasi air bersih, jaringan dan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan sistem drainase; dan bangunan dan jaringan utilitas umum seperti gas, listrik, dan telekomunikasi.
Infrastruktur merupakan salah satu variabel penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun daerah. Secara makro, infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sementara secara mikro, infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Kwik Kian Gie, 2002). Sementara, studi yang dilakukan Aschauer (1989) dan Munnell (1990) menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 60% (Suyono Dikun, 2003). Bahkan dalam studi dari World Bank (1994) disebutkan elastisitas PDB terhadap infrastruktur di suatu negara adalah antara 0,07% sampai dengan 0,44%. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan infrastruktur berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi (secara makro dan mikro) serta perkembangan suatu negara atau wilayah.
Daya saing dianggap sebagai salah satu sumber dari ketahanan suatu negara dalam menghadapi tantangan dalam membangun peradaban bangsa. Dengan daya saing tinggi, negara dapat menjaga pertumbuhan ekonominya dan mulai membangun kehidupan negara yang teratur dan saat itu pembangunan peradaban dimulai. GCI indonesia berdasarkan WEF pada tahun 2017/2018 berada pada ranking 36 naik 5 peringkat yang sebelumnya di posisi 41 dari 137 negara. Kenaikan tersebut disumbang oleh kenaikan tiga kelompok pilar yaitu kelompok persyaratan dasar dari ranking 52 menjadi 46, kelompok penopang efisiensi dari ranking 49 menjadi 41, dan kelompok inovasi dari ranking 32 menjadi 31. Khusus untuk infrastrukur sebagai komponen dalam kelompok persyaratan dasar juga mengalami peningkatan ranking yang di tahun 2016 berada pada posisi 60 meningkat menjadi posisi 52 pada tahun 2017. Jika dilihat secara detail mengenai pilar infrastruktur, dari 9 indikator, hanya indikator fixed-telephone lines yang peringkatnya turun, selebihnya terjadi perbaikan peringkat. Jika dibandingkan dengan negara asia tenggara, Indonesia tetap berada di posisi ke 4 di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Lima besar masalah utama penghambat daya saing bisnis adalah masalah korupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak memadai, akses terhadap pembiayaan, dan inflasi (WEF, 2016). Secara khusus, masalah infrastruktur pada tahun 2017 menempati urutan ke-4 yang sebelumnya berada di urutan ke-3 teratas atau masuk dalam 5 besar masalah. Lima faktor utama penghambat daya saing jika diurut dari tahun 2013-2017 memperlihatkan infrastruktur selalu masuk dalam 5 besar masalah daya saing walaupun di tahun 2017 peringkatnya turun. Jika dibandingkan dengan 5 negara lainnya, negara yang berada di posisi 3 teratas (Singapura, Malaysia, dan Thailand), masalah infrastruktur sudah tidak lagi menjadi 5 masalah teratas yang menghambat daya saing negara.
Kondisi Permasalahan Infrastruktur di Indonesia dapat ditelisik dari beberapa faktor. Faktor internal seperti minimnya anggaran negara terhadap pembangunan infrastruktur menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, faktor eksternal seperti pembebasan tanah. Banyak proyek pembangunan infrastruktur terkendala karena sulitnya pembebasan tanah. penyebab yang sering muncul adalah sulitnya menemukan kesepakatan mengenai harga ganti rugi tanah. Mahalnya harga tanah dipicu oleh pasar tanah yang tidak transparan, kebutuhan akan ruang yang tinggi, dan sistem hukum pertanahan. Secara umum, permasalahan infrastruktur selalu berada pada narasi kompleksitas pertanahan baik dari aspek perizinan maupun penggunaan dan pemanfaatan tanah.
Selain memiliki dimensi ruang yang luas, sesuai cakupan infrastruktur dalam Keppres no 81 tahun 2008, pembangunan infrastruktur juga diperhadapkan kedalam beberapa permasalahan. Pertama, infrastruktur membutuhkan invetasi yang cukup besar, waktu pengembalian modal yang panjang, pemanfaatan teknologi tinggi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang untuk mencapai skala ekonomi yang tertentu. Kedua, pembangunan menjadi prasyarat bagi berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang kehidupan. Ketiga, adanya persaingan global dan sekaligus memenuhi permintaan investor baik dari dalam maupun luar negeri (Haris, Kasubdit Pertanahan Bappenas). Selain itu, infrastruktur tidak dikatakan selesai ketika telah dibangun, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana aspek kualitas layanan dan efektivitas pengelolaan dipenauhi dalam operasional infrastruktur tersebut.
Andi Risfan Rizaldi
JL. ANCE DG. NGOYO NO. 8/D
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN
INDONESIA
90231
+62-411-4679343
+62 821 5233 9045
+62 852 4120 4400
Surel: office@logovcelebes.id
logovcelebes@gmail.com
FOLLOW
PT. Local Governance (LOGOV) Celebes merupakan lembaga riset privat yang berbasis di Makassar. Berisi sejumlah dosen dan peneliti dari berbagai bidang seperti ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, sosial ekonomi pertanian, hukum, kelautan dan perikanan, administrasi publik, dan sosial politik, yang telah bekerja sekian lama sebagai sebuah tim. Lembaga ini melayani sejumlah kegiatan akademis seperti riset, konsultan, pelatihan, publikasi, dan sejumlah layanan terkait lainnya.